Kebutuhan air pada suatu bangunan bertingkat seperti rumah tinggal, hotel, apartemen, rumah sakit dll memiliki kebutuhan yang sangat vareatif tergantung pada jenis peruntukan hunian yang digunakan, kita bisa ambil contoh misalnya untuk kebutuhan air pada bangunan rumah sakit maka akan berbeda kebutuhan air bersihnya dengan bangunan apartemen. Mengapa demikian ? Kriteria dan pola penghuni pada tiap bangunan berbeda dikarenakan penggunaan akan air bersih yang akan digunakan juga berbeda. Beberapa pendekatan untuk menentukan kebutuhan air pada tiap harinya akan berpengaruh besar pada efektifitas energi yang akan dikeluarkan. Selain itu juga untuk meminimalisasi biaya yang tidak diperlukan pada saat investasi awal yang disebabkan karna terlalu over nya perencanaan dan yang dikhawatirkan adalah kurangnya pasokan air bersih yang juga karena salahnya perencanaan. Ini semua bertujuan untuk meminimalisasi biaya yang dikeluarkan saat pelaksanaan maupun oprasional sehingga bisa efisien dan hemat energi namun tetap memperhitungkan kebutuhan puncak atau maksimal dari air bersih sehingga oprasional yang memerlukan air bersih pada suatu bangunan bertingkat dapat tercukupi. Perkembangan teknologi juga tidak lepas dari segi efektifitas dan performa dari suatu perencanaan sistem kebutuhan air bersih, saat ini banyak ragam pilihan dari seorang perencana untuk menentukan equipment yang akan digunakan yang berfokus pada peralatan hemat energi tetapi tetap memiliki tenaga yang cukup untuk membuat sistem dapat bekerja secara optimal, namun dari segi biaya biasanya akan cenderung lebih mahal dikarenakan teknologi baru memiliki beberapa kelebihan dari teknologi lama yang berimbas pada tingginya ongkos produksi.

Hal utama yang dibutuhkan saat menentukan kebutuhan air pada hunian salah satunya adalah jenis hunian bangunan bertingkat yang akan kira rencanakan. Selain itu adalah sumber dari air dari bangunan itu sendiri apakah pasokan dari sumber air yang ada merupakan sumber yang berkelanjutan atau memiliki batas waktu tertentu untuk keluaran airnya. Penggunaan air rata-rata bisa kita lakukan pendekatan dengan melihat tabel kebutuhan air pada tiap ukuran meter persegi lantai bangunan, Pendekatan dengan cara ini cenderung ke arah berlebihan karena menggunakan metodelogi kebutuhan maksimal air bersih pada luasa area yang pada kenyataanya beberapa area pada bangunan merupakan area yang tidak berpenghuni seperti contoh ruangan gudang ataupun ruangan mesin, pada kedua ruangan tersebut akan lebih sedikit aktifitas manusia sehingga bukan termasuk dalam beban yang akan diperhitungkan, Berbeda dengan cara yang pertama kita bisa melakukan pendekatan dengan cara menentukan dulu beban-beban air yang sebelumnya sudah direncanakan oleh arsitek dengan berbagai macam pertimbangan dari segi kaidah – kaidah yang merupakah ilmu dari arsitek, kebutuhan pada tiap keluaran air akan dihitung berdasarkan perkiraan laju aliran air dan tekanannya pada tiap fixture unit ( FU ) yang terdapat pada hunian. Cara yang kedua ini lebih rinci dari yang pertama sehingga kebutuhan air bisa lebih optimal.